"Pilihan Tak Semuanya Dapat Kita Pilih"
>> Kamis, 27 Maret 2014
Aku tak pernah tau mengapa aku dilahirkan kebumi. Dan aku juga tak pernah
tau seperti apa kondisi keluarga ku nanti. Mungkin saja ketika ku dilahirkan
orang tua ku adalah seorang penjudi, pemabuk, dan pelacur. Atau mungkin seorang
pengusaha yang sukses, dengan harta kekayaan yang melimpah.
Dan aku juga tidak pernah mengetahui apakah ketika ku dilahirkan
aku mempunyai orang tua yang lengkap. Mungkin saja ayah ku sudah tiada ketika
ku masih berumur 7bulan didalam kandungan seorang ibu. Atau mungkin ibu ku yang
harus menyerahkan nyawanya ke sang pencipta ketika berusaha melahirkan ku
kebumi.
Dan mungkin ketika dilahirkan kedunia, aku sudah menanggung
beban hidup. Kebahagiaan ku tersita karna ibu ku tak mampu membayar uang
persalinan, dan tidak mempunyai cukup uang untuk membeli susu. Sehingga aku
hanya meminum teh manis hangat setiap hari.
Saat balita, ibu ku tak mampu membelikan bubur khusus untuk ku.
Sehingga aku hanya memakan bubur yang berbahan dasarkan nasi dicampur dengan
garam. Dan aku pun harus merasakan dinginnya malam. Karnah rumah ku hanya
terbuat dari bilik dan beralaskan tanah. Ya padahal aku masih sangat belia
untuk merasakan hal seperti ini.
Lalu, ketika ku mulai menginjak sekolah dasar, aku banyak
menemukan teman-teman yang tersenyum bahagia, berlari-larian, bermain bersama,
sedangkan aku hanya terdiam diri dibangku ku. Ketika waktun istirahat tiba,
teman-teman ku berlarian kekantin, sedangkan aku, aku tak beranjak dari bangku.
aku hanya membuka bungkusan yang disiapkan oleh ibu untuk aku makan ketika jam
istirahat.
Dengan semangat ku buka bungkusan itu, terlihat 2 potong ubi
rebus. Teman-teman ku pasti iri jika melihat apa yang disiapkan ibu ku untuk ku
santap. Lalu aku menengok kejendela kelas. Aku melihat teman-teman yang lain
asik memakan jajanan yang mereka beli dikantin sambil tertawa bahagia.
Dalam hati ku aku berkata “Suatu saat nanti aku akan jauh lebih bahagia dari
mereka. Dan aku akan sangat merindukan kehidupan ku saat ini”.
Ketika aku mulai masuk ke sekolah menengah pertama, aku
harus membantu ibu untuk mencari uang. Karna pendapatan ibu sebagai kuli
panggul tidak dapat mencukupi kebutuhan ku saat itu. Akhirnya aku pun
memutuskan untuk berjualan koran dipagi hari. Kebetulan waktu sekolah ku
disiang hari. Pagi-pagi sekali aku harus mengayuh sepedah ku menuju lapak koran
untuk mengambil koran jatah ku.
Setibanya dilapak, aku segera mengambil jatah ku lalu mulai
berjualan dengan koran berapa diatas kemudi sepedah. Tak jarang pembeli yang
merasa iba melihat keadaan ku yang seperti ini. Tapi aku harus tetap TERSENYUM.
Dan ketika ku menginjak sekolah menengah atas, ibu tak punya
biaya. Dan terpaksa ibu menjual perhiasan peninggalan ayah untuk ku bersekolah.
Air mata hampir saja jatuh, tapi aku tidak boleh menunjukan rasa pedih ku di
depan ibu. “aku harus kuat”. Untungnya teman-teman ku jauh lebih baik, mereka
mau membantu ku saat aku terpuruk. Aku sangat berterima kasih kepada tuhan atas
kehadiran teman seperti mereka.
Akhirnya aku pun lulus SMA. Tak terbesit sedikitpun dipikiran ku
untuk melanjutkan sekolah. Dalam pikiran ku hanya “AKU HARUS BERKERJA UNTUK
MENGANGKAT DERAJAT KELUARGA KU”. Lalu aku mulai mencari pekerjaan yang layak.
Dan aku pun berhasil diterima berkerja disalah satu perusahaan terbesar ditempat
ku, dengan gaji yang jauh lebih dari cukup untuk kita.
Setibanya ku dirumah, aku bercerita kepada ibu tentang hal ini.
Ibu pun sangat senang sekali. Aku berkata “mulai saat ini ibu tidak usah lagi
menjadi kuli panggul, biar aku saja yang mencari nafkah untuk kita”.
Setelah sebulan lamanya aku berkerja. Hari dimana aku mendapatkan
gaji pun tiba. Inilah saat-saat yang ku tunggu-tunggu. Saat ku pulang berkerja,
aku bergegas menuju pasar untuk membelikan ibu baju baru, makanan yang sangat
lezat, yang sebelumnya belum pernah aku memakannya. Dan yang terpenting, aku
membelikan ibu perhiasan kembali, untuk mengganti perhiasan yang ibu jual untuk
biaya sekolah ku.
Dengan wajah penuh semangat yang siap menyambut raut wajah yang
belum pernah ku lihat sebelumnya dari seseorang yang sangat berarti bagi
kehidupan ku, aku melangkah dengan tegas menuju rumah. Setibanya dirumah,
Aku : Ibu sakit lagi?
Ibu : Iya nak. Kamu membawa apa itu?
Aku : Ini bu aku membeli makanan yang super lezat, baju baru, dan perhiasan
baru untuk ibu.
Ibu : Bagus sekali nak bajunya. Terima kasih banyak ya nak.
Aku : Aku sayang ibu.
(Tak ada lagi kata yang terucap dari mulut ibu ku.)
Malam itu letak dimana keadilan tuhan diberikan pada ku.
Seandainya aku telat, mungkin semua hanya bayang semu yang tak akan penah
terwujud.
Karna malam itu malam terakhir untuk bonus quota ku. Sehingga hari itu aku masih dapat bervideo call an dengan ibu ku :))
Kali aja ada provider yang mau pake naskah gua ini buat iklan mereka :))
0 komentar:
Posting Komentar